Minggu, 19 Januari 2025

Tradisi Lompat Batu Asal Pulau Nias

 .


fahombo batu (lompat batu). Lompat batu ini khususnya dilakukan oleh masyarakat di Teluk Dalam.

Berdasarkan website Warisan Budaya Takbenda Indonesia, tradisi lompat batu ini dilakukan oleh laki-laki. Ketinggian batu yang dilompati sekitar 2 meter dengan tebal 40 cm.

"Tradisi melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 meter dan ketebalan 40 cm ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki," tertulis dalam website tersebut dikutip detikSumut, Selasa (20/9/2022

Sejauh ini belum ada catatan yang menjelaskan sejarah dari tradisi lompat batu ini. Hanya saja masyarakat sekitar mengungkapkan bahwa tradisi ini berasal dari zaman dahulu saat kelihaian melompat batu sangat dibutuhkan oleh suku Nias.

Dulu, setiap desa atau pemukiman penduduk dipagari dengan batu sebagai pertahanan. Maka atas dasar itu perlu kelihaian masyarakat saat itu untuk memasuki atau melarikan diri dengan cepat dengan melompati pagar batu itu.

Anak laki-laki di Nias mulai berlatih untuk melompati batu sejak umur tujuh tahun. Mereka akan terus melompati tali yang dijadikan pengganti dari batu dengan ketinggian yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan sang anak, dan akhir dari latihan tersebut sang anak akan melompati batu yang sesungguhnya.

Tidak semua laki-laki berhasil melakukan prosesi lompat batu ini, banyak juga yang gagal melakukannya. Masyarakat Nias percaya, laki-laki yang berhasil melakukan tradisi lompat batu ini merupakan sosok yang diberkahi oleh roh leluhur dan para pelompat batu yang sudah meninggal dunia.

Bagi laki-laki yang sudah berhasil melakukan lompat batu, maka dia dianggap sudah dewasa untuk melakukan hak dan kewajiban sosial sebagai orang dewasa. Selain itu tradisi lompat batu juga terkadang menjadi ukuran penentuan apakah si laki-laki sudah cukup matang untuk menikah.

Laki-laki yang berhasil melakukan lompat batu dianggap heroik dan bermartabat, bukan hanya si laki-laki, tapi keluarganya juga. Sehingga biasanya setelah berhasil melakukan lompat batu, keluarga akan melakukan syukuran sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan lainnya.

Pada zaman dulu, laki-laki yang berhasil melakukan lompat batu akan menyandang gelar sebagai pembela desa. Saat terjadi konflik antara masyarakat di sana, dia harus membela desanya agar tidak diserang.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aturan Permainan Petak Umpet dan Manfaatnya Bagi Anak-anak

 . Permainan petak umpet merupakan salah satu permainan tradisional yang menjadi pilihan utama anak-anak di Indonesia ketika bermain bersama...